Surat Al-Falaq, salah satu surah pendek yang sangat dikenal dalam Al-Qur'an, senantiasa dibaca oleh umat Muslim untuk memohon perlindungan dari keburukan. Di dalamnya, terdapat seruan untuk berlindung kepada Allah dari berbagai macam kejahatan, termasuk dari "syarri hasidin idza hasad" (keburukan orang yang mendengki apabila ia mendengki).
Kata "Hasidin" berasal dari akar kata dalam bahasa Arab, yaitu "hasada" (حَسَدَ). Secara harfiah, "hasada" berarti merasa iri atau dengki terhadap sesuatu yang dimiliki atau dicapai oleh orang lain. Perasaan ini muncul ketika seseorang melihat kelebihan, keberuntungan, atau kesuksesan orang lain dan merasakan ketidakpuasan atau keinginan agar kelebihan tersebut hilang dari pemiliknya atau berpindah kepadanya.
Dalam konteks linguistik dan syariat Islam, "hasad" adalah salah satu sifat tercela yang sangat dilarang. Ini bukan sekadar rasa cemburu biasa, melainkan sebuah penyakit hati yang menggerogoti kebaikan seseorang dan dapat mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang merugikan orang lain.
Ketika Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Falaq ayat 5: "Wa min syarri ḥāsidīn idā ḥasad", artinya adalah "dan dari keburukan orang-orang yang mendengki apabila ia mendengki". Ayat ini secara spesifik meminta perlindungan dari kejahatan yang berasal dari orang-orang yang memiliki sifat hasad.
Orang yang "hasidin" adalah mereka yang hatinya dipenuhi rasa iri dan dengki. Ketika mereka melihat orang lain mendapatkan kebaikan, rezeki, kesuksesan, kebahagiaan, atau bahkan sekadar kelebihan fisik, mereka merasakan ketidaknyamanan yang mendalam. Perasaan ini bisa berkembang menjadi keinginan agar nikmat tersebut hilang dari orang yang mereka dengki, atau bahkan mendorong mereka untuk secara aktif mencelakakan orang tersebut.
Keburukan yang berasal dari "hasidin" bisa bermacam-macam. Bisa jadi berupa:
Allah memerintahkan kita untuk berlindung dari keburukan semacam ini karena hasad adalah salah satu bentuk permusuhan yang paling halus namun bisa sangat merusak. Seseorang yang diliputi hasad bisa menjadi sumber bahaya yang tidak terduga.
Surat Al-Falaq diturunkan sebagai bentuk rahmat dan petunjuk bagi umat manusia. Ayat tentang "hasidin" ini menekankan betapa berbahayanya penyakit hati semacam itu. Perlindungan yang diminta bukan berarti kita harus takut berlebihan, tetapi lebih kepada kesadaran bahwa ada keburukan yang bersumber dari hati manusia lain, dan hanya Allah yang Maha Pelindung.
Memohon perlindungan dari "hasidin" mengajarkan kita untuk:
Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa hasad adalah "penggerek kebaikan" sebagaimana api membakar kayu bakar. Ini menunjukkan betapa destruktifnya sifat ini, tidak hanya bagi orang yang didengki, tetapi juga bagi diri orang yang memiliki sifat hasad itu sendiri.
Penting untuk membedakan hasad dengan ghirah. Ghirah adalah kecemburuan yang sehat, misalnya kecemburuan suami terhadap istrinya agar tidak diganggu atau kecemburuan seorang mukmin melihat kemungkaran.
Sementara itu, hasad bersifat egois dan ingin menghilangkan nikmat orang lain. Ghirah bersifat menjaga dan tidak ingin kebaikan yang diperolehnya atau orang terdekatnya hilang.
"Hasidin" dalam Surat Al-Falaq merujuk pada orang-orang yang diliputi rasa iri dan dengki terhadap kelebihan atau kebahagiaan orang lain. Ayat ini adalah pengingat penting agar kita memohon perlindungan kepada Allah SWT dari segala bentuk keburukan, termasuk keburukan yang berasal dari hati manusia yang diliputi hasad. Dengan memahami makna ini, kita dapat lebih khusyuk dalam membaca surat Al-Falaq dan lebih mawas diri dalam berinteraksi dengan sesama, seraya senantiasa berharap perlindungan dan rahmat Allah.