Surat Al-Bayyinah, yang berarti "Bukti yang Nyata", merupakan surat ke-98 dalam Al-Qur'an. Surat ini diturunkan di Madinah dan terdiri dari delapan ayat. Fokus utama surat ini adalah membedakan antara orang-orang mukmin sejati dan orang-orang kafir yang menolak kebenaran, serta menjelaskan konsekuensi dari pilihan mereka. Salah satu ayat yang paling mendalam dalam surat ini adalah ayat ketiga, yang seringkali menjadi sumber perenungan bagi umat Muslim.
Mari kita simak bersama ayat ketiga dari Surat Al-Bayyinah:
رَسُولٌ مِّنَ ٱللَّهِ يَتْلُوٓا۟ ٱلصُّحُفَ ٱلْمُطَهَّرَةَ
Terjemahan: "seorang rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al-Qur'an)."
Ayat ini melanjutkan penjelasan mengenai "bukti yang nyata" yang telah disebutkan dalam ayat sebelumnya. Bukti tersebut tidak lain adalah kedatangan seorang utusan dari Allah, yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Keberadaan beliau sendiri merupakan sebuah tanda kebesaran dan bukti kebenaran ajaran Islam. Apa yang beliau sampaikan bukanlah berasal dari pemikiran manusia semata, melainkan wahyu dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Frasa "rasulun minallah" (seorang rasul dari Allah) menegaskan status kenabian beliau. Beliau adalah perantara antara Allah dan umat manusia, menyampaikan risalah-Nya. Peran beliau sangat krusial dalam menunjukkan jalan yang lurus kepada seluruh alam semesta. Tanpa para rasul, manusia akan terus berada dalam kegelapan dan kebingungan, tidak mengetahui tujuan hidup mereka yang sebenarnya dan bagaimana cara mencapai kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.
Lebih lanjut, ayat ini menjelaskan bagaimana rasul tersebut menyampaikan risalahnya: "yatlu as-suhuf al-muthahharah" (membacakan lembaran-lembaran yang disucikan). Kata "yatlu" berarti membaca atau membacakan, menyiratkan adanya transmisi ilmu dan petunjuk. "As-suhuf al-muthahharah" merujuk pada lembaran-lembaran yang telah disucikan. Dalam konteks ini, para ulama menafsirkan bahwa "lembaran-lembaran yang disucikan" merujuk pada Al-Qur'an itu sendiri. Al-Qur'an disebut "disucikan" karena bersih dari segala keraguan, kebohongan, dan kesesatan. Ia adalah firman Allah yang murni dan bebas dari segala cacat.
Penyebutan "lembaran-lembaran" juga mengisyaratkan bahwa wahyu Allah ini turun secara bertahap dan kemudian dikumpulkan dalam bentuk mushaf, sebagaimana kita kenal Al-Qur'an saat ini. Kesucian Al-Qur'an menjamin keotentikan dan kebenarannya. Ia adalah sumber petunjuk yang tidak akan pernah berubah dan akan selalu menjadi panduan bagi umat manusia hingga akhir zaman.
Ayat ini secara tegas menempatkan Nabi Muhammad sebagai pembawa wahyu Ilahi, Al-Qur'an, yang memiliki kedudukan suci dan kebenaran mutlak.
Memahami arti Surat Al-Bayyinah ayat 3 memberikan beberapa pelajaran penting bagi seorang Muslim:
Pada akhirnya, Surat Al-Bayyinah ayat 3 adalah sebuah penegasan fundamental dalam Islam. Ia adalah pilar keimanan yang mengingatkan kita akan peran sentral Nabi Muhammad SAW dan kemuliaan Al-Qur'an sebagai bukti kebenaran dari Sang Pencipta. Dengan merenungkan ayat ini, diharapkan kita semakin mantap dalam akidah dan semakin tekun dalam menjalankan perintah-Nya.