Sejarah peradaban Nusantara kaya akan jejak kerajaan-kerajaan besar yang meninggalkan warisan budaya dan politik yang mendalam. Salah satu kerajaan yang paling berpengaruh dalam membentuk peta politik dan kebudayaan di Jawa adalah Kesultanan Mataram Islam. Di balik kebesaran dan kekuasaan Mataram, terdapat kisah epik tentang para pendirinya, terutama sosok yang dianggap sebagai peletak dasar dan pembangun awal kejayaannya.
Secara umum, sosok yang diakui sebagai pendiri utama dan raja pertama Kesultanan Mataram Islam adalah Raden Sutawijaya, yang kelak dikenal sebagai Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Lahir dari keluarga bangsawan, perjalanan Sutawijaya bukanlah jalan yang mulus. Ia adalah putra dari Ki Ageng Pemanahan, seorang tokoh penting yang berjasa besar membantu Kerajaan Pajang. Ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, sendiri juga memiliki peran krusial dalam merintis berdirinya sebuah "negara" baru di bumi Mataram.
Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, estafet kepemimpinan dan visi untuk mendirikan entitas politik yang kuat jatuh ke tangan Sutawijaya. Dengan kecerdasan, keberanian, dan ambisi yang luar biasa, Sutawijaya mulai menata kekuatannya di wilayah yang kelak menjadi inti kekuasaan Mataram. Ia tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga strategi politik yang matang, termasuk menjalin hubungan baik dengan penguasa-penguasa sekitarnya.
Perjalanan Sutawijaya tidak terlepas dari berbagai tantangan. Ia harus berhadapan dengan sisa-sisa kekuasaan Majapahit yang mulai melemah, serta persaingan dengan kerajaan-kerajaan lain yang ada di Jawa. Namun, berkat kepiawaiannya dalam memimpin dan kemampuannya menyatukan berbagai elemen masyarakat, Sutawijaya berhasil meletakkan fondasi yang kokoh bagi Mataram.
Kisah pendirian Mataram Islam juga melibatkan momen-momen penting yang menegaskan dominasi Sutawijaya. Salah satunya adalah ketika ia berani melawan dan akhirnya berhasil mengalahkan Arya Penangsang, penguasa Jipang Panolan yang dianggap membahayakan stabilitas politik di Jawa. Kemenangan ini tidak hanya membuktikan kehebatan Sutawijaya sebagai seorang pemimpin perang, tetapi juga membuka jalan bagi pengakuan atas kekuasaannya.
Dengan berdirinya Mataram, Sutawijaya tidak hanya menciptakan sebuah kerajaan baru, tetapi juga menjadi simbol perubahan. Ia memperkenalkan sistem pemerintahan yang lebih terpusat dan memperkuat basis militer. Ia juga mulai membangun hierarki birokrasi yang memungkinkan pengelolaan wilayah yang luas secara efektif. Ini adalah langkah visioner yang menunjukkan pemahamannya tentang bagaimana membangun sebuah negara yang berkesinambungan.
Panembahan Senopati Ing Alaga, sebagai pendiri Mataram Islam, meninggalkan warisan yang tak ternilai. Ia berhasil membangun sebuah kesultanan yang pada puncaknya mampu menguasai sebagian besar wilayah Jawa, bahkan hingga ke pesisir utara dan sebagian Sumatera. Pengaruh Mataram tidak hanya terasa dalam ranah politik, tetapi juga dalam perkembangan agama Islam di Jawa, kebudayaan, dan kesenian.
Sosok Sutawijaya menjadi inspirasi bagi para penerusnya untuk terus memperluas dan memperkuat kekuasaan Mataram. Ia adalah contoh seorang pemimpin yang berani bermimpi besar, bekerja keras, dan memiliki visi jangka panjang. Kisahnya mengingatkan kita bahwa di balik setiap kejayaan besar, selalu ada individu-individu tangguh yang berani mengambil risiko dan berjuang untuk mewujudkan cita-cita.
Meskipun seringkali fokus tertuju pada raja-raja Mataram selanjutnya yang lebih terkenal seperti Sultan Agung, penting untuk selalu mengingat dan menghargai peran krusial para pendiri. Tanpa fondasi yang dibangun oleh Sutawijaya, Mataram Islam mungkin tidak akan pernah mencapai puncak kejayaannya. Kisah pendirian Mataram Islam adalah bagian tak terpisahkan dari narasi besar sejarah Indonesia.