Penelusuran Kronologi Wahyu: Surah Al-Fil Diturunkan Setelah Surah Apa?

Memahami urutan turunnya wahyu (Nuzulul Quran) adalah kunci untuk menyingkap konteks historis, sosial, dan teologis dari setiap ayat Al-Qur'an. Surah Al-Fil, yang mengisahkan Peristiwa Tahun Gajah, memegang posisi yang sangat penting dalam sejarah kenabian. Pertanyaan mendasar mengenai "surah Al-Fil diturunkan setelah surah" apa membawa kita pada studi mendalam mengenai periode Makkiyah awal.

I. Landasan Studi Nuzulul Quran dan Periode Makkiyah Awal

Studi mengenai kronologi wahyu, atau yang dikenal sebagai Nuzulul Quran, bukanlah sekadar penataan daftar. Ia adalah upaya ilmiah yang dilakukan oleh para ulama untuk memahami bagaimana pesan ilahi berinteraksi dengan realitas kehidupan Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat di Makkah. Mengetahui urutan ini membantu penafsiran, khususnya dalam memahami perkembangan syariat (nasakh wa mansukh) dan perkembangan retorika dakwah.

Al-Qur'an diturunkan dalam dua periode utama: periode Makkiyah (sebelum hijrah) dan periode Madaniyah (setelah hijrah). Surah Al-Fil secara definitif termasuk dalam kategori Makkiyah, namun bukan sekadar Makkiyah; ia tergolong dalam kelompok wahyu yang sangat awal. Periode Makkiyah awal ditandai dengan surah-surah pendek, ritmis, dan puitis yang berfokus pada fondasi tauhid, Hari Kiamat, etika dasar, dan penegasan kekuasaan mutlak Allah.

Identifikasi pasti mengenai "surah Al-Fil diturunkan setelah surah" mana membutuhkan rujukan pada beberapa sumber utama dalam ilmu Al-Qur'an, terutama riwayat dari Ibnu Abbas dan daftar kronologis yang disusun oleh ulama terkemuka seperti As-Suyuti dalam Al-Itqan fi Ulum Al-Quran. Daftar ini menyusun wahyu berdasarkan dugaan terkuat mengenai urutan peristiwa dan kesaksian para sahabat.

Metodologi Penetapan Kronologi

Penetapan urutan wahyu tidak sesederhana nomor urut dalam mushaf (yang diatur berdasarkan panjang dan topik, bukan kronologi). Para ulama menggunakan beberapa metode untuk menetapkan bahwa "surah Al-Fil diturunkan setelah surah" tertentu:

II. Posisi Surah Al-Fil dalam Kronologi Wahyu

Surah Al-Fil (Gajah) adalah surah ke-105 dalam susunan mushaf, terdiri dari 5 ayat. Surah ini diturunkan untuk mengingatkan kaum Quraisy — dan juga umat Islam selanjutnya — mengenai kekuasaan tunggal Allah SWT yang terwujud dalam sebuah mukjizat sejarah: penghancuran tentara gajah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka'bah. Peristiwa ini terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad ﷺ (sekitar 570 M), menjadikannya fondasi historis yang mendahului kenabian itu sendiri.

Meskipun Peristiwa Gajah mendahului kenabian, wahyu tentang peristiwa tersebut turun pada periode awal kenabian, ketika Nabi mulai berdakwah secara terang-terangan dan membutuhkan penegasan ilahi terhadap status suci Makkah dan perlindungan Allah atas Baitullah.

Jawaban Mayoritas Ulama: Surah Al-Fil Diturunkan Setelah Surah Al-Ma'un atau Al-Kafirun (Dalam Varian Riwayat)

Dalam daftar kronologis standar yang sering dikutip (seperti urutan yang digunakan oleh Nöldeke dan kemudian disempurnakan oleh ulama modern yang merujuk pada daftar kronologi yang paling mapan), Surah Al-Fil ditempatkan sangat awal, biasanya di urutan belasan atau awal dua puluhan, tepat setelah surah-surah yang membahas etika dan hari kiamat.

Berdasarkan riwayat yang paling kuat dan konsensus para ulama tafsir mengenai kronologi, posisi Al-Fil adalah setelah surah-surah yang sudah mapan dan sangat pendek.

Dalam banyak riwayat, salah satu surah yang diyakini secara langsung mendahului atau sangat dekat dengan penurunan Al-Fil adalah:

Surah yang Diperkirakan Mendahului: Surah Al-Kafirun (Orang-Orang Kafir) atau Surah Al-Ma'un (Barang-Barang Berguna).

Jika kita mengikuti daftar yang menempatkan surah berdasarkan fokus pada tema fundamental sebelum konfirmasi historis, Al-Fil sering ditempatkan segera setelah surah yang menetapkan pemisahan mutlak antara keimanan dan kekafiran (seperti Al-Kafirun, urutan ke-18 dalam beberapa daftar) atau surah yang mengecam perilaku buruk kaum Quraisy (seperti Al-Ma'un, urutan ke-17). Misalnya, dalam kronologi populer, jika Al-Fil adalah wahyu ke-19, maka ia diturunkan setelah Al-Kafirun (ke-18).

Posisi kronologis ini memiliki makna mendalam. Jika Surah Al-Fil diturunkan setelah surah Al-Kafirun, ini berarti Nabi Muhammad ﷺ telah diperintahkan untuk mendeklarasikan pemisahan teologis dari kaum musyrikin Makkah. Setelah deklarasi teologis tersebut, Surah Al-Fil datang sebagai penegasan historis bahwa Allah memiliki kekuasaan mutlak untuk melindungi hamba dan tempat suci-Nya, bahkan dari kekuatan super saat itu.

III. Analisis Konteks dan Korelasi Surah Al-Fil dengan Pendahulunya

Untuk memahami mengapa surah Al-Fil diturunkan setelah surah-surah awal, kita perlu membedah tema dari tiga surah yang sering berada di sekitar titik kronologis Al-Fil: Al-Ma'un, Al-Kafirun, dan Al-Fil itu sendiri.

A. Surah Al-Ma'un: Kecaman Etika Sosial

Surah Al-Ma'un mengecam mereka yang mendustakan agama, ditunjukkan dengan sikap buruk terhadap anak yatim, tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, dan sikap lalai dalam salat (riya). Surah ini menargetkan mentalitas egois dan materialistik kaum elit Quraisy Makkah.

Jika Surah Al-Fil diturunkan setelah Surah Al-Ma'un, urutan pesannya adalah: Allah mengecam kejahatan etis dan moralitas Quraisy (Al-Ma'un), dan kemudian memberikan peringatan historis bahwa kejahatan yang lebih besar (seperti serangan Abrahah) pun telah dihancurkan-Nya (Al-Fil). Pesannya adalah, jika kejahatan eksternal dihancurkan, maka kejahatan internal kaum Quraisy pun tidak akan luput dari perhitungan ilahi.

Kaitan tematiknya sangat kuat: Surah Al-Fil berbicara tentang penghancuran kesombongan eksternal (Abrahah), sementara Surah Al-Ma'un berbicara tentang penghancuran kesombongan internal (kemunafikan dan pelit).

B. Surah Al-Kafirun: Batasan Tauhid dan Toleransi

Surah Al-Kafirun adalah deklarasi tegas bahwa tidak ada kompromi dalam masalah akidah. Surah ini diturunkan sebagai respons atas upaya musyrikin untuk menawarkan kesepakatan damai kepada Nabi, di mana mereka akan menyembah Tuhan Nabi selama satu tahun, dan Nabi akan menyembah tuhan mereka selama satu tahun.

Penempatan Surah Al-Fil setelah Surah Al-Kafirun menegaskan bahwa setelah garis pemisah ditarik (Al-Kafirun), bukti nyata kekuasaan Allah (Al-Fil) disajikan. Nabi telah secara resmi menyatakan bahwa jalan dakwahnya terpisah dari kaum musyrikin; Al-Fil kemudian berfungsi sebagai pengingat historis bahwa Allah telah dan akan selalu melindungi jalan-Nya, bahkan tanpa upaya manusia (seperti yang terjadi pada Peristiwa Gajah).

Diagram Kronologi Wahyu Awal Al-Ma'un Al-Kafirun AL-FIL Kronologi Awal Makkiyah

IV. Surah Al-Fil: Retorika dan Pengaruh Jangka Panjang

Surah Al-Fil, meskipun pendek, memiliki dampak retorika yang luar biasa di kalangan kaum Quraisy. Mereka semua adalah saksi mata, atau anak-anak dari saksi mata, atas peristiwa menakjubkan yang terjadi di Tahun Gajah. Surah ini tidak perlu menjelaskan detail peristiwanya karena kisah Abrahah sudah menjadi legenda yang hidup. Fungsi utama surah ini adalah menanyakan (secara retoris) dan menegaskan kekuasaan ilahi.

Allah memulai surah dengan pertanyaan retoris: "Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan gajah?" (QS. Al-Fil: 1). Penggunaan kata kerja dalam bentuk masa lalu (telah bertindak) menekankan bahwa ini adalah sebuah fakta historis yang sudah mapan, bukan sekadar ancaman masa depan.

Lantas, mengapa Allah memilih saat ini, di awal kenabian, untuk mengingatkan mereka akan peristiwa yang telah terjadi 40 tahun sebelumnya? Jawabannya terletak pada fungsi pembenaran dakwah. Dengan mengingatkan mereka tentang penghancuran pasukan Abrahah, Allah ingin mengajarkan dua hal kepada Quraisy, dan ini sangat relevan jika surah Al-Fil diturunkan setelah surah yang mengecam moral mereka:

  1. Ka'bah adalah Milik Allah: Perlindungan Ka'bah bukan karena kekuatan Quraisy, melainkan semata-mata karena kehendak Allah.
  2. Tangan Allah Bekerja: Jika Allah mampu menghancurkan pasukan yang dipimpin oleh gajah, simbol kekuatan militer terbesar saat itu, maka Dia pasti mampu mendukung seorang Nabi yang sendirian melawan kekuasaan Quraisy yang sombong.

Ayat penutup yang menggambarkan nasib pasukan tersebut sebagai "daun-daun yang dimakan ulat" (ka'ashfin ma'kul) memberikan gambaran kehinaan dan kerapuhan kekuatan yang merasa superioritas. Ini sangat kontras dengan surah-surah yang fokus pada hari Kiamat, namun menggunakan teknik yang sama: menampilkan kehancuran total sebagai konsekuensi dari kesombongan melawan kehendak Allah.

V. Mendalami Kontroversi Minor dalam Urutan Kronologis

Meskipun mayoritas studi menempatkan Al-Fil setelah surah yang tegas, penting untuk dicatat bahwa tidak ada satu pun daftar kronologis Al-Qur'an yang disepakati secara mutlak oleh semua ulama, karena Nabi sendiri tidak pernah menyusunnya. Daftar-daftar yang ada didasarkan pada ijtihad dan riwayat yang paling kuat.

Kasus Surah Al-Quraish

Surah Al-Quraish (surah ke-106) secara tematik dan linguistik sangat erat kaitannya dengan Surah Al-Fil. Banyak ulama bahkan berpendapat bahwa kedua surah ini pada awalnya diturunkan sebagai satu kesatuan. Surah Al-Quraish berbunyi: "Karena kebiasaan orang-orang Quraisy..." dan seterusnya, yang sering dipandang sebagai kelanjutan atau penjelasan mengapa Allah melindungi Ka'bah (sebagaimana dikisahkan dalam Al-Fil).

Jika Surah Al-Fil diturunkan setelah surah Al-Kafirun, maka Surah Al-Quraish kemungkinan besar diturunkan segera setelah Al-Fil. Urutan logisnya menjadi: Kekuatan Allah melindungi Ka'bah (Al-Fil), demi memastikan keamanan dan kebiasaan perdagangan Quraisy (Al-Quraish). Pesannya adalah: Jika Allah telah memberimu keamanan dari kekuatan militer (Abrahah), maka beribadahlah kepada-Nya dan jangan takut (ancaman Quraisy lokal).

Posisi Surah Sebelum Al-Fil: Lebih Dari Sekadar Satu Surah

Ketika kita menanyakan "surah Al-Fil diturunkan setelah surah" apa, kita sebenarnya merujuk pada rangkaian surah pendek yang diturunkan dalam waktu singkat, seperti:

Jika kita mengikuti daftar kronologis utama yang paling populer (misalnya, urutan Mushaf Ali, atau Ibnu Abbas yang ditransmisikan oleh ulama kemudian), Al-Fil sering kali jatuh di urutan ke-19 atau ke-20, setelah Al-Kafirun (18) dan sebelum Al-Qadr (25).

Ilustrasi Peristiwa Tahun Gajah Ka'bah Gajah Pasukan Perlindungan Ilahi atas Baitullah (Al-Fil 105)

VI. Elaborasi Teks: Keterkaitan Gramatikal dan Leksikal

Analisis yang mendalam terhadap struktur linguistik Surah Al-Fil dan surah-surah tetangganya semakin memperkuat dugaan kronologisnya. Surah-surah Makkiyah awal, termasuk Al-Fil, memiliki karakteristik fasilah (akhiran ayat) yang pendek dan kuat, yang cocok dengan suasana genting dan kebutuhan akan peringatan yang cepat dan teringat.

Rima Surah Pendek Awal

Jika kita membandingkan Al-Fil dengan surah-surah yang mendahuluinya, seperti Al-Kafirun atau Al-Ma'un, kita menemukan kesamaan dalam ritme dan pengulangan. Ritme yang cepat ini bertujuan untuk memukau pendengar dan mudah dihafal, suatu kebutuhan vital dalam dakwah rahasia atau semi-terbuka di awal Makkah.

Al-Fil (…tarmihim biḥijāratim min sijjīl. Faja'alahum ka'aṣfim ma'kūl) memiliki irama yang menghentak dan tegas. Ini adalah gaya khas yang ditemukan dalam surah-surah seperti Al-'Alaq, Al-Muzammil, dan Al-Muddatstsir, yang secara universal diakui sebagai wahyu-wahyu pertama. Ini mengukuhkan posisi bahwa Surah Al-Fil diturunkan setelah surah-surah pendahulu yang memiliki gaya retorika yang serupa.

Implikasi Peringatan Dini

Konteks di mana "surah Al-Fil diturunkan setelah surah" yang berfokus pada etika (Al-Ma'un) atau teologi murni (Al-Kafirun) mengindikasikan bahwa komunitas Muslim yang kecil saat itu sedang melewati fase penentuan identitas dan krisis kepercayaan. Mereka menghadapi ejekan dan tekanan dari Quraisy, yang mungkin mengejek Nabi dengan mengatakan, "Tuhanmu hanya kisah-kisah kuno."

Al-Fil datang sebagai jawaban yang nyata: "Lihatlah, Tuhan yang kami sembah bukanlah kisah kuno, melainkan kekuatan yang nyata yang telah menyelamatkan kita dari kehancuran militer hanya beberapa dekade yang lalu. Inilah bukti perlindungan-Nya atas tempat suci ini dan, secara implisit, perlindungan-Nya atas hamba-hamba-Nya yang beriman."

Penempatan Al-Fil di periode ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya memberikan perintah dan larangan, tetapi juga memberikan validasi dan dukungan moral yang kuat melalui narasi historis yang paling baru dan paling relevan bagi audiens Makkah.

VII. Dampak Surah Al-Fil dalam Membangun Kepercayaan Umat

Pada periode awal kenabian, setiap wahyu memiliki peran krusial dalam menstabilkan keimanan para mualaf baru. Surah Al-Fil bukan hanya sebuah cerita; ia adalah simbol. Ketika kaum musyrikin menggunakan kekuatan sosial, ekonomi, dan fisik mereka untuk menekan Nabi dan pengikutnya, Surah Al-Fil mengingatkan para sahabat bahwa kekuatan manusia, sekokoh apa pun, dapat dengan mudah dihancurkan oleh kekuatan ilahi.

Jika kita kembali ke pertanyaan sentral: "surah Al-Fil diturunkan setelah surah" Al-Kafirun, maka kita melihat sebuah progresi logis:

  1. Pengajaran Etika dan Keimanan (Al-Ma'un, Al-Kafirun, dll.): Umat diajari bagaimana harus bersikap di hadapan Allah dan bagaimana memisahkan diri dari kemusyrikan.
  2. Validasi Historis (Al-Fil): Umat dikuatkan dengan bukti nyata bahwa Allah adalah pelindung mereka dari bahaya yang melampaui kemampuan manusia.

Proses ini sangat penting untuk membangun fondasi keimanan yang kokoh, di mana para sahabat tidak hanya percaya pada Tuhan yang menjanjikan surga, tetapi juga Tuhan yang aktif melindungi mereka dalam kehidupan duniawi mereka di tengah ancaman Makkah.

VIII. Tafsir Historis dan Detail Peristiwa Tahun Gajah

Untuk benar-benar menghargai posisi Surah Al-Fil, kita harus mengingat kembali detail Peristiwa Gajah. Abrahah Al-Ashram, Raja Yaman yang berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Aksum (Ethiopia), merasa iri dengan kepopuleran Ka'bah sebagai pusat ibadah dan perdagangan Arab. Ia membangun sebuah gereja megah di Sana'a (Yaman) dengan tujuan mengalihkan haji ke sana. Ketika gereja itu dinodai oleh salah seorang Arab, Abrahah bersumpah akan menghancurkan Ka'bah.

Ia memimpin pasukan besar, termasuk gajah-gajah, yang merupakan kendaraan perang tak tertandingi di Semenanjung Arab saat itu. Pasukan ini menghadapi ketiadaan perlawanan militer dari Quraisy. Abdul Muttalib, kakek Nabi Muhammad, hanya mampu mengatakan: "Aku adalah pemilik unta-unta itu. Ka'bah memiliki pemiliknya sendiri yang akan melindunginya."

Ketika pasukan gajah mendekat, mereka mengalami kesulitan bergerak. Kemudian, Allah mengirimkan burung-burung Ababil (sejenis burung kecil atau kawanan burung yang besar) yang membawa batu-batu kecil (sijjil) yang dijatuhkan tepat mengenai para tentara, membuat mereka hancur lebur.

Fakta bahwa peristiwa ini terjadi tepat pada tahun kelahiran Nabi Muhammad menjadikannya sebuah penanda sejarah yang monumental, memisahkan masa sebelum dan sesudah era tersebut. Ketika Nabi Muhammad mulai berdakwah, peristiwa ini masih segar dalam ingatan generasi tuanya. Oleh karena itu, penurunan Surah Al-Fil diturunkan setelah surah-surah yang mengajarkan prinsip dasar, mengikatkan prinsip-prinsip tersebut pada bukti sejarah yang tak terbantahkan.

Simbol Ayat Makkiyah Pendek Ayat Pendek, Ritmik, Penuh Penekanan Fokus pada Tauhid dan Hari Kiamat Surah Al-Fil: Bukti Historis Kekuasaan Mutlak

IX. Kesimpulan Kronologis dan Signifikansi Penempatan Surah

Berdasarkan kajian komprehensif terhadap riwayat Nuzulul Quran, analisis gaya bahasa Makkiyah awal, dan relevansi historis, dapat disimpulkan bahwa Surah Al-Fil diturunkan pada periode yang sangat dini dalam kenabian, sebagai bagian dari gelombang wahyu yang pendek dan intens. Meskipun urutan pastinya masih menjadi subjek diskusi akademik yang mendalam, konsensus paling kuat menempatkannya di antara urutan wahyu ke-17 hingga ke-20.

Secara spesifik, Surah Al-Fil diturunkan setelah surah yang menegaskan prinsip-prinsip dasar akidah dan etika, sering kali diidentifikasi sebagai Surah Al-Kafirun atau Surah Al-Ma'un, tergantung pada daftar kronologis yang digunakan.

Penempatan Surah Al-Fil diturunkan setelah surah-surah ini menegaskan bahwa setelah perintah untuk berpisah dari kemusyrikan dan memperbaiki moralitas telah diberikan, Allah memberikan penegasan historis yang kuat bahwa Dia adalah Pelindung sejati Ka'bah dan umat-Nya. Surah ini adalah penutup yang sempurna untuk rangkaian wahyu yang membangun pondasi keimanan di tengah komunitas yang tertekan. Surah ini memberikan keberanian, mengingatkan Quraisy yang sombong akan kerapuhan kekuasaan mereka di hadapan Sang Pencipta yang telah menghancurkan pasukan gajah hanya dengan burung-burung kecil.

Kajian ini tidak hanya menjawab pertanyaan "surah Al-Fil diturunkan setelah surah" apa, tetapi juga memperjelas bagaimana kronologi Al-Qur'an adalah sebuah jalinan tak terpisahkan antara sejarah, teologi, dan retorika yang dirancang secara ilahi untuk membangun sebuah umat.

***

X. Peran Al-Fil dalam Kontinuitas Narasi Ilahi Makkiyah

Untuk memahami sepenuhnya mengapa Surah Al-Fil diturunkan setelah surah-surah etika dan tauhid, kita harus melihat narasi Makkiyah awal sebagai sebuah kurikulum. Kurikulum ini dirancang untuk mengubah pola pikir masyarakat jahiliah yang sangat berorientasi pada kesukuan dan materialisme.

Tahap 1: Pengenalan Tuhan yang Transenden (Surah Al-Alaq, Al-Muzammil, dll.)

Wahyu paling awal memperkenalkan Allah sebagai Pencipta, Penguasa hari Kiamat, dan Sumber wahyu. Fokusnya adalah mengubah konsep ketuhanan dari dewa-dewa lokal menjadi Tuhan yang Absolut.

Tahap 2: Pembentukan Etika dan Peringatan Kiamat (Al-Ma'un, Al-Qari'ah, dll.)

Setelah pengakuan terhadap Tuhan, wahyu beralih ke tanggung jawab moral manusia. Inilah tahap di mana Surah Al-Ma'un dan yang sejenisnya turun, mengecam penimbunan harta, penindasan yatim piatu, dan riya.

Tahap 3: Pemisahan Jelas dan Penegasan Historis (Al-Kafirun, Al-Fil)

Tahap ini adalah klimaks dari periode awal. Ketika dakwah mulai mendapat perlawanan keras dan tawaran kompromi diajukan, Surah Al-Kafirun turun untuk menutup pintu pada sinkretisme. Segera setelah pemisahan teologis ini, Surah Al-Fil diturunkan setelah surah Al-Kafirun untuk memberikan validasi kosmis dan historis terhadap jalan yang telah dipilih Nabi. Pesan utamanya: Jika kamu telah memilih jalanku (seperti yang diperintahkan dalam Al-Kafirun), jangan takut pada kekuasaan musuh (karena Allah telah menghancurkan Abrahah).

Tanpa narasi historis yang kuat seperti Al-Fil, deklarasi dalam surah Al-Kafirun mungkin terasa kurang bertenaga di hadapan kekuatan Quraisy. Namun, dengan Al-Fil yang mendahului, pesan itu menjadi: "Jangan berkompromi dengan musyrikin, karena Tuhan yang kalian sembah adalah Tuhan yang telah menunjukkan kekuatan-Nya di gerbang Makkah."

XI. Studi Leksikal Ayat Per Kata

Mari kita analisis bahasa Surah Al-Fil yang menguatkan penempatan kronologisnya di antara surah-surah pendek awal.

Surah ini menggunakan terminologi yang ringkas dan lugas, khas gaya peringatan Makkiyah:

  1. Alam tara kaifa (Tidakkah engkau perhatikan bagaimana): Pertanyaan retoris yang kuat ini mengasumsikan pengetahuan bersama. Ini adalah teknik yang efektif di Makkah di mana audiens sudah akrab dengan kisahnya. Gaya ini mirip dengan surah-surah awal lainnya yang menanyakan hal-hal yang sudah diketahui umum.
  2. Ashab al-Fil (Pasukan gajah): Penamaan yang spesifik dan langsung merujuk pada musuh utama. Tidak ada pengantar panjang, karena tidak diperlukan.
  3. Fi tadhlil (Dalam kesesatan): Merujuk pada rencana Abrahah yang sia-sia dan tersesat. Singkat dan tegas.
  4. Tayran Ababil (Burung Ababil): Penggunaan nama burung (meski maknanya diperdebatkan, apakah nama jenis atau kawanan) menunjukkan campur tangan ilahi yang sederhana namun mematikan.
  5. Sijjil (Batu dari tanah yang terbakar): Kata ini memberikan gambaran yang jelas dan menakutkan tentang jenis senjata ilahi, yang jauh lebih superior daripada senjata buatan manusia.
  6. Ka'ashfim ma'kul (Seperti daun-daun yang dimakan ulat): Metafora penutup yang sangat puitis dan mengerikan. Daun yang dimakan ulat adalah simbol kehinaan, sisa-sisa yang tidak berguna. Ini adalah ciri khas retorika Makkiyah awal yang menggunakan visualisasi dramatis untuk menyampaikan pesan kehancuran total.

Kepadatan dan kekuatan leksikal Surah Al-Fil ini menggarisbawahi posisinya sebagai bagian integral dari wahyu awal yang bertujuan untuk membangun ketakutan dan penghormatan terhadap kekuasaan Allah yang tak tertandingi. Jika Surah Al-Fil diturunkan setelah surah yang lebih lambat, gaya bahasanya akan cenderung lebih panjang dan argumentatif, ciri khas wahyu Makkiyah tengah.

XII. Hubungan Surah Al-Fil dan Surah Setelahnya

Setelah menjawab bahwa Surah Al-Fil diturunkan setelah surah Al-Kafirun atau Al-Ma'un (dalam berbagai riwayat), kita juga perlu melihat surah yang mengikutinya. Surah Al-Quraish hampir selalu dipandang sebagai saudara kembar kronologis Al-Fil, bahkan sering kali dianggap sebagai satu kesatuan. Surah Al-Quraish berbunyi:

"Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka'bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan."

Konteks ini menjadi sempurna. Surah Al-Fil menunjukkan bagaimana Allah mengamankan Ka'bah dan Quraisy dari musuh luar (pasukan gajah). Surah Al-Quraish kemudian menuntut imbalan dari Quraisy: beribadahlah kepada Allah, yang telah mengamankan perjalanan dagang mereka dan memberi mereka makanan. Ini adalah rangkaian logis dari bukti historis menuju kewajiban teologis.

Surah Al-Fil diturunkan sebagai bukti. Surah Al-Quraish diturunkan sebagai kewajiban. Urutan ini memperlihatkan bagaimana dakwah Nabi Muhammad pada periode awal tidak hanya bersifat dogmatis, tetapi juga sangat berbasis pada pengamatan realitas dan sejarah yang dekat dengan audiens.

XIII. Kontinuitas Tema Perlindungan Ilahi

Tema perlindungan ilahi yang mendominasi Surah Al-Fil adalah benang merah yang sangat penting dalam wahyu Makkiyah awal, yang menghubungkannya dengan surah-surah yang datang setelahnya. Setelah Al-Fil dan Al-Quraish, wahyu mulai bergeser lebih banyak ke kisah para Nabi terdahulu (seperti Nuh, Hud, Musa), namun Surah Al-Fil menonjol karena ini adalah 'kisah nabi' yang sangat lokal, yaitu kisah tentang kakek Nabi Muhammad sendiri dan Ka'bah mereka.

Penghancuran Abrahah adalah janji awal bahwa musuh-musuh Islam, betapapun kuatnya, pada akhirnya akan hancur. Ini adalah sumber inspirasi yang tak ternilai harganya bagi sekelompok kecil Muslim yang menghadapi persekusi berat dari orang-orang Quraisy yang kuat.

Kajian mendalam ini mengukuhkan bahwa urutan turunnya Surah Al-Fil diturunkan setelah surah yang bersifat etis atau deklaratif seperti Al-Ma'un atau Al-Kafirun, memberikan bukti bahwa Al-Qur'an secara sengaja membangun keimanan langkah demi langkah: dari prinsip (akidah) ke bukti nyata (sejarah).

***

🏠 Homepage