Dalam lautan hikmah Al-Qur'an, setiap ayat menawarkan mutiara kebenaran yang dapat menerangi jalan hidup manusia. Salah satu ayat yang memiliki kedalaman makna luar biasa adalah Surah Al-Baqarah ayat 152. Ayat ini adalah pengingat ilahi yang mengingatkan kita akan hubungan fundamental antara pencipta dan makhluk-Nya, serta konsekuensi dari hubungan tersebut. Ayat ini berbunyi:
"Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingatmu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."
Ayat ini sederhana namun sarat makna. Inti dari Surah Baqarah ayat 152 adalah sebuah janji ilahi yang sangat menggembirakan: "Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingatmu." Ini adalah undangan untuk senantiasa menghadirkan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Ingat kepada-Nya bukan hanya dalam ibadah formal seperti shalat, puasa, atau membaca Al-Qur'an, tetapi juga dalam setiap tindakan, pikiran, dan ucapan kita. Mengingat Allah berarti menyadari kehadiran-Nya, menghayati keagungan-Nya, dan tunduk pada perintah-Nya.
Ketika kita mengingat Allah, janji-Nya adalah bahwa Allah pun akan mengingat kita. Apa arti "Allah mengingat kita"? Ini bukan berarti Allah yang lalai lalu teringat, tetapi lebih kepada perhatian, penjagaan, dan pertolongan Allah yang senantiasa menyertai hamba-Nya yang senantiasa mengingat-Nya. Ketika seseorang menghadapi kesulitan, ingatannya kepada Allah akan memberinya kekuatan. Ketika ia merasa sendiri, ingatannya kepada Allah akan memberinya ketenangan. Ketika ia tergoda melakukan maksiat, ingatannya kepada Allah akan mencegahnya. Allah akan memberikan rahmat, maghfirah (ampunan), dan taufik (pertolongan) kepada orang-orang yang senantiasa mengingat-Nya.
Lebih jauh lagi, ayat ini juga menekankan pentingnya rasa syukur: "Bersyukurlah kepada-Ku." Syukur adalah pengakuan tulus atas segala nikmat yang telah Allah berikan, baik nikmat yang besar maupun yang kecil, yang terlihat maupun yang tersembunyi. Bersyukur bukan hanya diungkapkan dengan lisan, tetapi juga dengan hati dan perbuatan. Hati yang bersyukur akan senantiasa merasa lapang dan puas, tidak terpengaruh oleh kekurangan materi atau cobaan hidup. Perbuatan yang bersyukur akan terwujud dalam penggunaan nikmat Allah di jalan yang diridhai-Nya.
Bagian terakhir dari ayat ini memberikan peringatan tegas: "dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." Mengingkari nikmat Allah berarti tidak menghargai, tidak mensyukuri, bahkan mungkin menggunakan nikmat tersebut untuk tujuan yang tidak baik atau berani menentang perintah Allah. Ini adalah bentuk kekufuran yang harus dijauhi. Orang yang mengingkari nikmat Allah seringkali akan merasakan kekosongan dalam hidupnya, gelisah, dan tidak pernah merasa cukup, meskipun ia memiliki banyak hal.
Memahami Surah Baqarah ayat 152 memberikan landasan kuat untuk membangun hubungan yang harmonis dengan Sang Pencipta.
Mengingat Allah dapat diwujudkan melalui dzikir (mengingat Allah dengan lisan dan hati). Memulai hari dengan dzikir pagi, mengakhirinya dengan dzikir malam, serta menyisipkan dzikir di sela-sela aktivitas sehari-hari akan membantu kita senantiasa terhubung dengan Allah. Dzikir juga dapat dilakukan dengan merenungi ciptaan-Nya, membaca kalam-Nya, atau memikirkan kebesaran-Nya.
Setiap pagi saat bangun tidur, kita bisa memulai dengan bersyukur atas kesempatan hidup yang diberikan. Saat makan, bersyukur atas rezeki. Saat sehat, bersyukur atas kesehatan. Syukur juga berarti menggunakan mata untuk melihat kebaikan, telinga untuk mendengar kebenaran, tangan untuk berbuat kebajikan, dan kaki untuk melangkah di jalan Allah.
Perasaan iri, dengki, dan tidak pernah merasa cukup adalah tanda-tanda kekufuran nikmat. Ayat ini mengajarkan kita untuk fokus pada apa yang kita miliki dan mensyukurinya, daripada terus menerus membandingkan diri dengan orang lain. Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, kita akan lebih mudah untuk menerima ketetapan-Nya, baik dalam keadaan lapang maupun sempit.
Ketika kita benar-benar mengingat Allah, iman kita akan menjadi kokoh. Cobaan hidup tidak akan terasa begitu berat karena kita tahu ada Allah yang senantiasa bersama kita. Pertolongan-Nya akan datang dalam bentuk yang tidak terduga, memberikan kekuatan dan kesabaran untuk menghadapi setiap ujian.
Surah Al-Baqarah ayat 152 adalah pengingat abadi bahwa kebahagiaan sejati dan ketenangan jiwa hanya dapat diraih ketika kita menempatkan Allah sebagai pusat kehidupan kita. Dengan senantiasa mengingat-Nya, bersyukur atas segala karunia-Nya, dan menjauhi segala bentuk kekufuran, kita niscaya akan meraih keridhaan dan pertolongan-Nya di dunia dan akhirat.